Selasa, 24 Maret 2015

Tokoh-tokoh Lainnya



Lü Bu (Hanzi: 呂布; baca: Luî Pù) (153 – 198), nama lengkap Lü Fengxian, lahir di Wuyuan (sekarang Mongolia Dalam) adalah Panglima jenderal terkenal dari penghujung zaman Dinasti Han dan Tiga Negara. Lyu Bu dengan ciri khas memakai penutup kepala dengan ekor, ia memiliki kuda bernama Terwelu Merah (赤兔马; Chìtù mǎ) yang dikenal karena daya tahannya dalam pertempuran. Kuda ini berasal dari Fergana dan menurut legenda dapat berlari sejauh 1000 li (500 km) dalam satu hari.
Sebagai pribadi yang penuh ambisi sangat lihai bertarung, Lü Bu pertama kali mengabdi kepada Ding Yuan, kemudian berkomplot bersama He Jin untuk membunuh para menteri istana sepeninggal Kaisar Lingdi dan diangkat menjadi letnan jenderal. Lu Bu merupakan seseorang yang penuh dengan sifat ambisi menghalalkan segala cara, tidak ragu membunuh kedua ayah angkatnya yaitu Ding Yuan dan Dong Zhuo.
Pernah berduel dengan Zhang Fei, Guan Yu dan Liu Bei dalam ekspedisi mennghancurkan Dong Zhu pasukan aliansi 18 lord yang dipimpin Liu Bei. Dikerebuti tiga bersaudara Sang Jendral pun kabur dengan dendam membara.
Lü Bu kemudian termakan hasutan Dong Zhuo untuk membunuh Ding Yuan. Setelah Dong Zhuo mengangkat diri sebagai perdana menteri, ia kemudian menjadikan Lu Bu sebagai anak angkatnya dan panglima perang kekaisaran. Karena sifat Dong Zhuo yang tidak sabar dan bertemperamen kasar, Lu Bu akhirnya membunuh Dong Zhuo setelah dihasut oleh salah satu menteri istana, Wang Yun. Setelah kematian Dong Zhuo, Lu Bu lalu diangkat sebagai Panglima besar kekaisaran. Di dalam catatan sejarah, Lu Bu diceritakan menjalin hubungan dengan Diao Chan yang sebelumnya direstui perjodohannya oleh Wang Yun sebagai bapak angkatnya, tetapi itu sebagai siasat agar dapat menjatuhkan Dong Zhuo. Diao Chan anak angkat dari menteri Wang Yun tidak dapat menolak setelah ia di tempatkan di istana selaku dayang-dayang Dong Zhuo. Maka perselisihan Sang Jendral terjadi dengan terbunuhnya Dong Zhuo. Di dalam Kisah Tiga Negara, karakter Diao Chan adalah penyelamat dari masalah kekuasaan Dong Zhuo.
Setelah kematian Dong Zhuo, bawahannya, Jendral ke 2 Li Jue dan Jendral ke 3 Guo Si tidak terima dan memimpin pasukan mereka menyerang dan mengusir Lü Bu dari ibukota Chang An. Lü Bu kemudian melarikan diri dalam pengasingan, mencari perlindungan kepada Yuan Shao, tetapi Yuan Shu kakak sepupu Yuan Shao, Zhang Miao dan Liu Bei dari sisa pasukan aliansi melawan Dong Zhuo menolak ia bergabung.
Ia akhirnya menyusun kekuatan sebagai Ruler di Xiapi, Li Su sebagai penasehat yang cakap untuk merekrut prajurit, yang mengarahkan untuk menyerang xiao, terlibatlah pertempuran dengan Liu Bei di xiao dan menang, terpukulnya Liu Bei yang masih beraliansi dengan Cao Cao dan Yuan Shu sangat merisaukan Guan Yu adik angkat Liu Bei.
Tahun 198, aliansi Cao Cao, Liu Bei dan Yuan Shu menyerang Xiapi dan memukul mundur pasukan Lü Bu terus menerus serta akhirnya mengepung pasukan Lu Bu selama 3 bulan. Lü Bu dengan moral pasukan yang rendah diperparah dengan pengkhianatan bawahannya, Hou Cheng, Song Xian dan Wei Xu kalah, akhirnya Lu Bu tertangkap oleh Cao Cao dan memohon kepadanya agar menjadi bawahanya. Namun Liu Bei mengingatkan Cao Cao bahwa Lu Bu tidak dapat dipercaya dan membiarkannya hidup sangat berbahaya. Lu Bu kemudian digantung sampai mati oleh Xu Huang. Hukuman ini dilakukan untuk membuat malu Lu Bu, karena biasanya hukuman gantung pada Zaman tiga negara diperuntukkan pada perempuan, sedangkan laki-laki dihukum mati dengan cara dipenggal. Bawahan Lu Bu, Gao Shun dengan sukarela menyerahkan kepalanya untuk dipenggal sedangkan bawahan lain Zhang Liao memutuskan untuk mengabdi pada Cao Cao. Dalam novel Kisah Tiga Negara, Kuda Terwelu merah/Red Hare sendiri setelah beberapa waktu dihadiahkan kepada Guan Yu.



Yuan Shao, (Hanzi:袁绍) bernama lengkap Yuan Benchu (袁本初),(154 – 202) adalah salah seorang penguasa daerah utama yang menguasai daerah utara Tiongkok pada Zaman Tiga Negara. Ia juga kakak sepupu (sumber lain:saudara tiri) dari Yuan Shu, penguasa daerah sekitar sungai Huai.
Sebagai salah satu penguasa terkuat di zamannya, Yuan Shao merintis koalisi penguasa daerah melawan Dong Zhuo yang menguasai istana dan berkuasa atas kaisar Xian. Pada tahun 200, ia memimpin ekspedisi melawan Cao Cao tetapi kalah telak pada Pertempuran Guandu. Ia meninggal 2 tahun kemudian di kota Ye.




Yuan Shu (155 – 199) adalah panglima perang pada akhir Dinasti Han Timur yang dimana menunjukkan keunggulannya setelah keruntuhan dari Dinasti Han pada tahun 189. Yuan Shu adalah adik tiri dari Yuan Shao tetapi mempunyai hubungan yang kurang baik dengannya. Sesudah kematian dari jendral He Jin, dia memimpin pasukan untuk membinasakan kasim-kasim istana.
Dia mempunyai stempel kekaisaran han yang hanya dimiliki oleh kaisar kaisar di dinasti han, hal inilah yang menjadi kesempatan baginya untuk menobatkan dirinya sebagai kaisar, ketika ia menobatkan dirinya sebagai kaisar,para raja raja perang menjadi murka dan menganggap hal ini meremehkan dinasti han,yuan shu pun kemudian menjadi musuh bagi raja raja perang,dan dia mati ditangan cao cao




Sun Jian (Hanzi: 孫堅) (155-191) adalah seorang jendral dan panglima kecil yang terkenal, semasa Dinasti Han Timur akhir. Ia bernama lengkap Sun Wentai, lahir di Fuchun, Kabupaten Wu.
Karier politiknya diawali dengan membasmi bandit-bandit yang saat itu merajalela di wilayah Huiji dan Qiantang. Berjasa dalam pemadaman Pemberontakan Serban Kuning di daerah tersebut, ia kemudian diberikan jabatan yang memperluas kesempatannya untuk memperkuat diri sendiri di daerah Changsha.
Sewaktu para jenderal perang membentuk aliansi bersama menggulingkan sang perdana menteri zalim, Dong Zhuo, Sun Jian juga turut serta menyumbangkan prajurit dan menyumbangkan ide strategi, saat itu (190 M) Sun Jian beraliansi dengan Yuan Shu. Tentaranya berhasil membunuh Jenderal Hua Xiong, seorang jendral andalan Dong Zhuo (dalam novel Kisah Tiga Negara, dikatakan bahwa Hua Xiong dibunuh oleh Guan Yu, bukan oleh bawahan Sun Jian).
Setelah aliansi bersama dibubarkan, China jatuh ke dalam peperangan masal antara para panglima perang. Tahun 191 M, Sun Jian gugur dalam pertempuran sewaktu menyerang Liu Biao. Sun Jian terkena panah beracun sewaktu menangkap Jenderal Huang Zu. Ia kemudian digantikan oleh anaknya, Sun Ce yang juga seorang pemimpin yang cakap dan garang, namun seperti ayahnya juga mati di usia muda.




Sun Ce (Bo Fu, 175-200) adalah seorang jenderal militer pada masa Dinasti Han dan Zaman Tiga Negara di Tiongkok. Ia merupakan anak sulung dari Sun Jian. Setelah kematian ayahnya saat ia berusia 17 tahun, ia menggantikan ayahnya untuk memerintah. Ia memiliki sahabat bernama Zhou Yu yang ahli dalam strategi. Bersama dengan Zhang Zhao dan Zhou Yu, ia berhasil membangun dasar bagi Negara Sun Wu, yang kaisar pertamanya adalah saudara Sun Ce yang lebih muda, Sun Quan.




Dong Zhuo (Hanzi: 董卓) (139 – 192), nama lengkap Dong Zhongyin (董仲穎), adalah seorang negarawan pada penghujung zaman Dinasti Han. Ia menguasai Luoyang pada tahun 189 setelah ibukota jatuh kedalam kekacauan karena tewasnya Kaisar Ling dan perselisihan berdarah antara faksi kasim dengan pejabat negeri. Setelah itu, Dong Zhuo mengambil alih tahta dan memasang Kaisar Xian sebagai boneka.
Namun, kekejamannya menimbulkan kemarahan. Pemimpin perang diseluruh negara segera membentuk koalisi melawannya, sehingga Dong Zhuo memindahkan ibukota ke Chang'an. Ia akhirnya dibunuh oleh anak adopsinya, Lü Bu, sebagai bagian dari rencana yang dibuat oleh Wang Yun pada tahun 192.


Liu Biao, adalah seorang yang cukup terkemuka pada zaman dinasti Han. Dia berkuasa di daerah Jing Zhou yang subur. Saat itu Liu Bei sedang dalam pelarian dan meminta suaka pada Liu Biao, sehingga Liu Bei selama beberapa waktu singgah disana bersama beberapa saudara angkatnya, yaitu Guan Yu alias Yun Chang, Zhang Fei alias Yi De, Zhao Yun alias Zi Long, dan ahli strategi terkenal pada zaman tiga yaitu Zhuge Liang alias Kong Ming.
Pasukan Liu Biao juga berhasil membunuh Sun Jian ketika pasukan Sun Jian hendak menyerang Jing Zhou.
Liu Biao semakin tua dan merasa dirinya tidak sanggup untuk mengatur negaranya lagi, bermaksud untuk memberikan kekuasaan pada Liu Bei, tetapi ditolaknya. Maka, ia membuat surat wasiat supaya setelah ia meninggal, kekuasaan diberikan pada Liu Qi. Tetapi istri kedua dari Liu Biao tidak menyetujuinya, maka ia membuat surat wasiat palsu agar Liu Cong diangkat sebagai pengganti suaminya.
Setelah Liu Biao meninggal dunia, anak tirinya Liu Cong yang masih berusia 14 tahun naik tahta.Liu Bei dan pasukanya sudah pergi ke barat kala itu. Saat itu Cao Cao bersama ribuan pasukannya bermaksud untuk menguasai daerah Jing Zhou dan sekitarnya. Beberapa pembesar almarhum Liu Biao menyarankan Liu Cong untuk menyerah pada Cao Cao. Tentunya Cao Cao dengan senang hati menerimanya dan diangkat sebagai raja muda.
Liu Bei dan anak kandung Liu Biao, Liu Qi, tentu saja bersedih atas kematian Liu Biao ini dan mereka berkabung selama beberapa waktu.




Zhang Lu (meninggal tahun 216) adalah seorang penguasa perang di dinasti Han pada masa Kerajaan Cina. Dia juga pemimpin ketiga dari Celestial Masters, sebuah kelompok religius Taoisme. Dia menguasai sebuah daerah di provinsi Hanzhong, yang diberi nama olehnya Han'ning (漢寧) hingga tahun 215, ketika dia menyerah kepada Cao Cao,yang dia layani sampai kematiannya setahun kemudian.





Ma Teng (156 - 211) adalah seorang panglima perang pada masa Zaman Tiga Negara di Tiongkok. Ma Teng mengontrol wilayah Liangzhou bersama dengan saudara angkatnya Han Sui dan mereka bersama terlibat dalam usaha untuk mendapatkan otonomi dari pemerintahan Han pusat. Ma Teng adalah ayah dari Ma Chao dan paman dari Ma Dai, yang dimana kedua orang itu kemudian bekerja pada kerajaan Shu.




Ma Chao (Mengqi) adalah orang asli Fufeng dari Maoling. Ayahnya (Ma Teng) rekan dari Bian Zhang dan Han Sui di daerah Xizhou pada akhir masa pemerintahan Han Ling Di.
Pada tahun ketiga ChuPing (192 M), Han Sui dan Ma Teng membawa pengikutnya dalam kunjungan resmi ke Chang An. Kekaisaran Han mengangkat Han Sui sebagai Zhen Xi Jiangjun (Jendral yang Mempertahankan Wilayah Barat), ditempatkan di Jing Cheng. Ma Teng diangkat sebagai Zheng Xi Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan ditempatkan di Tun Mei.
Selanjutnya, Ma Teng menyerang Chang An, tetapi ia gagal dan mundur ke propinsi Liang. Zhong Yao yang menjaga Guanzhong mengirim surat kepada Han Sui dan Ma Teng menawarkan bantuan. Ma Chao dikirim Ma Teng untuk membantu Zhong Yao melawan Guo Yan dan Gao Gan di Ping Yang. Dalam pertempuran tersebut, Pang De, anak buah Ma Chao berhasil membunuh Guo Yuan. Ma Teng, yang kemudian berselisih dengan Han Sui, mengirim petisi untuk ditempatkan di ibukota. Ma Teng dianugerahi gelar Weiwei (Komandan Penjaga Istana), sedangkan Ma Chao digelari Bian Jiangjun (Letnan Jendral) serta Marquis Duting.
Ma Chao mengumpulkan pasukan bersama Han Sui, Yang Qiu, Li Kan dan Cheng Yi untuk menyerang gerbang Tong. Di tengah medan tempur, Cao Cao bertemu Han Sui dan Ma Chao untuk berunding daripada berperang. Ma Chao ingin menunjukkan keperkasaannya dengan merencanakan menangkap Cao Cao secara mendadak. Hanya tatapan tajam Xu Chu sebagai pengawal pribadi Cao Cao yang mengurungkan niat Ma Chao. Selanjutnya Cao Cao menggunakan strategi Jia Xu untuk menciptakan perselisihan antara Ma Chao dan Han Sui yang mengakibatkan persekutuan mereka terpecah.
Patung Ma Chao
Ma Chao melarikan diri dari pengejaran Cao Cao sampai ke An Ding. Yang Fu menyatakan bahwa Cao Cao pernah berkomentar "Ma Chao memiliki keberanian seperti Lu Bu dan Han Xin, dan juga kesungguhan hati bangsa Qiang dan Hun. Jika dia kembali dengan pasukan pada saat pertahanan kita lemah, semua pangkalan tentara di Long Shang akan jatuh ke tangan Ma Chao." Komentar tersebut menjadi kenyataan. Walaupun Long Shang telah memperkuat pertahanan, Ma Chao mampu membunuh gubernur provinsi Liang, Wei Kang dan menjadikan kota Yi sebagai pangkalannya.
Ma Chao menggelari dirinya Zheng Xi Jiangjun (Jendral yang Menguasai Wilayah Barat) dan menjadi gubernur provinsi Bing dan mengatur urusan militer di provinsi Liang. Mantan anak buah Wei Kang seperti Yang Fu, Jiang Yi, Liang Kuan dan Zhao Qu bersekutu untuk mengalahkan Ma Chao. Yang Fu dan Jiang Yi mendekati pasukan Ma Chao dari kota Lu saat Ma Chao berusaha menyerang mereka tetapi menemui kegagalan. Di saat yang bersamaan, Liang Kuan dan Zhao Qu menutup pintu kota Yi, menghalangi Ma Chao untuk kembali. Ma Chao terpaksa mengungsi ke Hanzhong, tempat Zhang Lu berkuasa. Zhang Lu tidak memiliki kemampuan untuk membantu rencana Ma Chao untuk merebut kembali kota Yi. Ketika mendengar Liu Bei telah mengurung Liu Zhang di kota Chengdu, ia menulis surat yang menunjukkan keinginan untuk bergabung dengan tentara Liu Bei.
Liu Bei mengirim beberapa pengikut untuk meminta Ma Chao agar segera bergabung dalam pengepungan Chengdu. Setibanya Ma Chao di luar kota Cheng Du, seluruh kota menjadi panik dan tak lama kemudian Liu Zhang menyerah. Ma Chao diangkat menjadi Ping Xi Jiangjun (Jendral yang Menentramkan Wilayah Barat) dan ditempatkan di daerah sekitar Ju. Ketika Liu Bei menjadi pangeran Hanzhong, dia memberi Ma Chao gelar semu Zuo Jiangjun (Jendral Pasukan Kiri). Pada tahun pertama Zhangwu (221 M), Ma Chao diangkat menjadi Biao Qi Jiangjun (Jendral Kavaleri yang Tangkas), gubernur provinsi Liang, serta Marquis Xi Liang.
Pidato Liu Bei mengatakan "Saya bukan seorang yang bijak dan baik, hanya mewarisi kehormatan dari nenek moyang saya. Cao Cao dan putra-putranya akan diingat dan disegani atas dosa dan kejahatan mereka sampai ke seluruh Tiongkok bahkan oleh bangsa Di dan Qiang. Anda (Ma Chao) adalah junjungan bangsa Utara dan keberanian Anda kekal dikenang di sana, bahkan mereka bersedia bertempur bersama Anda melalui jarak ribuan mil untuk melawan kejahatan. Anda diharapkan untuk mempersatukan mereka ke dalam budaya bangsa Han dan berlaku adil dalam memberikan balas jasa dan hukuman yang sepantasnya."
Pada tahun kedua, Ma Chao meninggal pada usia 47 tahun. Sebelum wafatnya, dia mengajukan permohonan, isinya: "Hamba pernah memiliki dua ratus orang di seluruh keluarga hamba, tetapi hampir semuanya dibunuh oleh Meng De (Cao Cao), kecuali adik sepupu saya, Ma Dai. Dia satu-satunya yang tersisa untuk melanjutkan garis keturunan keluarga, maka dari hati yang terdalam, hamba menitipkannya kepada Yang Mulia (Liu Bei) dan tak ada penyesalan dalam diri hamba." Ma Chao mendapat gelar anumerta Marquis Yue Wei dan putranya, Ma Cheng menggantikannya. Ma Dai diangkat menjadi Ping Bei Jiangjun {Jendral yang Menentramkan Wilayah Utara} dan digelari Marquis Chen Cang. Putri Ma Chao dinikahkan dengan Pangeran Anping, Liu Li




.
Zhang Liao adalah salah satu tokoh Tiongkok pada Zaman Tiga Negara. Pada awalnya Zhang Liao mengabdi pada Lu Bu. Setelah Kematian Lu Bu, Dia mengabdi pada Cao Cao. Dalam pertempuran di He Fei, Dia berhasil memukul mundur 100.000 pasukan Wu hanya dengan 800 prajurit. Dia ditakuti di berbagai tempat dan nama Zhang Liao disebutkan dapat langsung mendiamkan bayi yang sedang menangis.
Dia merupakan pemimpin dari semua jenderal Wei. Ketika Cao-Cao sedang menyerang Han zhong , ia ditugaskan untuk menjaga kota Wan untuk mencegah penyerangan Wu yang bertujuan untuk menyerang He fei yang merupakan tempat perbekalan bagi Cao Cao yang sedang menyerang Liu Bei didaerah Han zhong. Zhang Liao juga termasuk salah satu jenderal yang paling setia seperti Xiahou Dun dan Xu Chu. Dalam pertempuran melawan Wu dia berhasil mengakibatkan terbunuhnya salah satu jenderal andalan Wu yaitu Taishi Ci. Dalam pertempuran melawan Wu juga akhirnya Zhang Liao gugur dalam peperangan karena terkena panah beracun.





Taishi Ci (166 - 206 M) adalah perwira militer negara Dong Wu pada Zaman Tiga Negara di Tiongkok dulu. Pada awalnya Taishi Ci bekerja dibawah Liu Yao tetapi kemudian melanggar kesetiaannya setelah Liu Yao menolak untuk memperhatikan nasihat strategi yang diajukan oleh Taishi Ci, kemudian dia melarikan diri ke daerah tetangga. Taishi Ci melarikan diri ke daerah Dangyang, suatu posisi daerah militer yang strategis dan penting sejak zaman Sun Tzu, disana dia mengangkat dirinya sebagai gubenur. Pada suatu perang, pasukan sisa Taishi Ci dengan cepat dapat dikepung oleh pasukan Sun Ce tanpa tandingan, yang kemudian Taishi Ci tertangkap. Taishi Ci memohon untuk dibunuh bersama dengan pasukan dan orang-orangnya, tetapi Sun Ce tidak bersedia dan membujuk dia untuk bergabung. setelah bujukan yang lama dan dijanjikan diberi pangkat dan posisi tinggi di negara Wu, akhirnya Taishi Ci bergabung. Taishi Ci setia sampai akhir hayatnya kepada negara Wu.

 



Gan Ning (?-222) adalah seorang jenderal Wu pada Zaman Tiga Negara. Gan Ning sebelumnya adalah seorang perompak. Ia menaruh berberapa bel di bajunya, sehingga musuh tahu kalau dia datang. Setelah menjadi perompak, ia direkrut menjadi bawahan Huang Zu dan Liu Biao. Saat Sun Quan menyerang Huang Zu, Gan Ning berhasil membunuh Ling Cao, salah satu jenderal bawahan Sun Quan sekaligus ayah dari Ling Tong. Hal ini yang membuat Ling Tong sempat dendam dan antipati terhadapnya. Setelah Huang Zu dikalahkan Yuan Shao, Gan Ning menjadi bawahan Yuan Shao. Zhou Yu dan Lu Meng sangat menyambutnya ke Wu. Jasanya juga dipakai dalam Pertempuran Chibi. Namun dia dibunuh oleh Sha Moke pada saat pertempuran Wu melawan Shu di pertempuran Yiling.





Lü Meng atau Lu Meng (178 - 219 Masehi) adalah jendral perang yang bekerja untuk kerajaan Wu timur (Dong Wu) pada masa Zaman Tiga Negara di Tiongkok kuno. Lu Meng lahir di Fupo, Runan (sekarang Fuyang, Anhui) pada tahun 178. Pada awalnya dia adalah seorang jendral yang tangguh seperti Taishi Ci,tetapi sebelum Zhou Yu mati, dia sempat dipesan untuk meneruskan menjaga Sun Quan untuk menjadi penasihatnya,karena itu adalah pesan terakhir sahabatnya dia berkata "aku akan membaca buku perang keluarga Sun(THE BOOK WAR MANUAL OF SUN TZU) dan tidak akan memedulikan keadaan perang hingga menguasai buku ini demi memenuhi pesan sahabatku untuk melindungi Sun Quan dan membantunya, yang pada dasarnya dia adalah seorang jendral berubah menjadi penasihat adalah sesuatu yang luar biasa karena kemampuanya mampu membantu Sun Quan dalam perang invasi Cao Cao dan menjadi perdana menteri kerajaan Wu. Memajukan sektor militer, perdagangan, bendungan,dsb bersama Lü Xun yang akhirnya merekomendasikan Lü Xun(THE LAST OF GREAT STRATEGIC OF WU) kepada Sun Quan sebagai penerusnya.
Salah satu peranannya yang terkenal adalah sebagai jendral dalam invasi di Jingzhou yang dimana menyebabkan kematian Guan Yu, salah satu jendral negara Shu terkuat pada zaman itu. Tidak lama setelah Guan Yu meninggal, Lu Meng jatuh sakit yang membuat Sun Quan (raja Wu) khawatir. Sun Quan menyatakan akan memberi hadiah besar bagi orang yang mampu menyembuhkan Lu Meng, tetapi pada akhirnya Lu Meng tidak dapat disembuhkan dan meninggal pada umur 41 tahun. Sebelum kematiannya, Lu Meng merekomendasikan Zhu Ran dan Lü Xun kepada Sun Quan.





Xiahou Dun (Hanzi: 夏侯惇) (? - 220) adalah jendral perang negara Wei yang mengabdi pada Cao Cao sejak penghujung zaman Dinasti Han. Ia masih berkerabat dengan Cao Cao karena sebelumnya Cao Cao bermarga Xiahou.
Xiahou dikenal sebagai jenderal bermata satu karena kehilangan mata kiri dalam Pertempuran Xiapi tahun 198.
Pada 202, Xiahou Dun dikirim sebagai garis depan untuk menyerang Jing Propince. Dalam Battle of Bowang, Xiahou Dun mengejar Liu Bei, yang pura-pura mundur yang tiba-tiba kamp sendiri terbakar. Meskipun peringatan oleh Li Dian, Xiahou Dun memimpin pasukan penyergap utama ke Liu Bei, dan kalah.
Kemudian, ia ditempatkan di Juchao dengan 26 juns (Jun adalah unit militer Setiap 12.500 tentara dihitung sebagai satu Juns Namun, dalam kasus ini, jumlah pasukan di bawah komando Xiahou Dun yang tidak sampai berjumlah 325.000, karena ada fleksibilitas tentang pembentukan jun), bersama dengan Zhang Liao di Hefei, untuk melawan Sun Quan. Namun, Xiahou Dun tampaknya tidak berhasil melakukan apa-apa selama masa jabatannya sebagai komandan utama di bagian selatan, kecuali tinggal di tempat yang sama dengan tentara yang besar.
Setelah kematian Cao Cao di 220, penggantinya Cao Pi. Cao Pi kemudian mengangkat Xiahou Dun sebagai General-in-Chief. Beberapa bulan kemudian Xiahou Dun meninggal karena sakit.





Xiahou Ba (夏侯霸, ??? – 256~259) adalah Jendral militer yang bekerja pada kerajaan Wei, dan kemudian berpindah ke kerajaan Shu pada masa Zaman Tiga Negara di China. Keluarga Xiahou adalah salah satu keluarga yang dekat dengan pemimpin kerajaan Wei yaitu Cao Cao, dan merupakan salah satu keluarga yang memperoleh kekuatan militer paling besar di kerajaan Wei, tetapi karena adanya masalah politik dalam negeri di ibukota Luoyang (contoh: penguasaan kekuatan oleh keluarga sima), kemudian Xiahou Ba pindah ke kerajaan Shu.
Ayah Xiahou Ba adalah salah satu jendral Wei yang terkenal yaitu Xiahou Yuan, seorang ahli pemanah dan salah satu orang yang paling dipercayai oleh panglima perang Cao Cao. Setelah kematian Xiahou Yuan di pertempuran gunung Dingjun pada tahun 219, semua pasukannya dipecah dan dibagi dibawah kendali kelima anaknya, salah satunya Xiahou Ba.
Xiahou Ba yang melarikan diri ke kerajaan Shu, diangkat menjadi salah satu jendral pasukan berkuda Shu menggantikan Deng Zhi yang meninggal pada tahun 251 etelah salah satu adik perempuannya telah menikah dengan jendral Shu, Zhang Fei. Sebagai tambahan, Liu Chan, kaisar Shu pengganti Liu Bei, menikah dengan anak perempuan Zhang Fei.





Xiahou Yuan adalah salah satu jendral perang negara Wei pada zaman Tiga Negara, Xiahou Yuan adalah abang sepupu dari Xiahou Dun. Xiahou Yuan terbunuh dalam pertempuran di gunung Dingjun melawan Jendral dari negara Shu, Huang Zhong pada tahun 219. Xiahou Yuan terkenal akan kemampuan memanah dan berkuda.



 



1 komentar: